berita.depok.go.id - Depok Sebagai Wilayah Urban dan Pengaruhnya Pada Ragam Warna Batik
Depok yang merupakan wilayah urban, sebagai kota transit, di mana Depok adalah tempat bersinggahnya orang, baik dari Jakarta maupun Bogor. Secara demografi, Depok masuk pada Provinsi Jawa Barat, tetapi ada percampuran budaya seperti Betawi dan Sunda. Bahkan, ada kaitannya dengan sejarah 12 marga peninggalan Cornelis Castelein, menjadikannya heterogen.
“Wilayah transit ini mempengaruhi corak ragam warna. Untuk batik nasional yang berasal dari Yogyakarta, maka mereka memasukkan warna Sogan putih, untuk yang dari Solo sogan memasukkan latar kuning, ada batik Cirebon dan juga batik Pekalongan,” kata Suharno.
Jika batik lain menggunakan warna sogan (coklat kekuningan, coklat tua, hitam, dan putih), maka sogan ini adalah warna untuk kewibawaan dan karisma. Namun, untuk Depok sendiri, yang ingin tampil adalah warna yang terang dan kontras.
“Warna ragam Depok terinspirasi oleh warna-warna cerah karena masyarakat Depok ingin warna-warna yang tampak berbeda. Berbeda dengan warna-warna batik dari keraton yang biasanya gelap dan terang, batik Kota Depok, batik pesisir dan batik Jakarta yang merupakan daerah transit ingin dilihat dari jauh. Maka, tidak hanya gelap dan terang, tetapi juga menggunakan warna yang kontras, seperti warna primer merah, kuning dan biru yang semuanya dapat digunakan,” ungkapnya.
Dukungan Pemerintah untuk Pelestarian Batik Khas Depok
Peringatan Hari Batik Nasional yang jatuh setiap tanggal 2 Oktober tiap tahunnya turut dirayakan di Kota Depok dengan beragam upaya yang dilakukan oleh para pengrajin dan Pemerintah Kota Depok. Dukungan nyata pemerintah terlihat dalam berbagai aspek, termasuk penggunaan batik khas Depok sebagai seragam sekolah di tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Saat ini, seragam sekolah SD di Kota Depok telah menggunakan motif Batik Gong Si Bolong yang dikombinasikan dengan motif Ikan Hias. Sementara untuk SMP, motif yang digunakan adalah motif Rebut Dandang.
“Bapak Wali Kota Depok, Mohammad Idris sudah berkunjung ke Batik Tradjumas, begitu pula Ketua Dekranasda dan beberapa kepala dinas serta pejabat kecamatan dan kelurahan. Kami terus bersinergi dengan beliau, dan ini membuktikan bahwa Pemerintah Kota Depok sangat mendukung penuh para pengrajin batik lokal,” ujar Suharno.
Dalam hal legalitas, Batik Tradjumas telah melengkapi semua perizinan yang diperlukan. Selain mendapatkan sertifikat Batik Mark yang menjamin keaslian produk, Batik Tradjumas juga memiliki sertifikat Tingkat Komponen Dalam Negeri (KTDN) dan sertifikat halal. Selain itu, Batik Tradjumas juga dipercaya menjadi salah satu produsen batik resmi dengan izin produksi batik haji dari Direktorat Jenderal (Dirjen) Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementeria Agama (Kemenag) untuk keperluan haji tingkat Kota Depok tahun 2024.
Dukungan Pemerintah Kota Depok tak berhenti sampai di situ saja. Pemerintah telah mengesahkan 36 motif batik khas Depok yang menggambarkan berbagai unsur budaya dan kearifan lokal.
“Peran Pemerintah Kota Depok sangat luar biasa mereka telah mengesahkan 36 motif batik khas Depok. Ini adalah bagian dari upaya untuk mendorong para pengrajin batik agar terus berinovasi,” tambah Suharno.
Pemerintah juga mendukung industri batik Depok dengan mengharuskan hampir seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) Kota Depok untuk mengenakan seragam batik dengan motif khas Depok. Siapa sangka jika kolaborasi Batik Tradjumas dengan Pemerintah Kota Depok telah dimulai sejak tahun 2017, setelah mereka lebih dahulu memulai produksi pada tahun 2015.
Pemerintah memberikan dukungan penuh, termasuk menyediakan regulasi yang melindungi hak-hak pengrajin sebelum batik Depok diproduksi secara massal dalam bentuk cetak. Lebih jauh lagi, dukungan dari pemerintah juga datang dalam bentuk penyelenggaraan acara-acara fashion show, pembukaan pasar Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), hingga pendampingan dalam proses perizinan yang melibatkan berbagai dinas terkait. (Bersambung)