Temukan informasi terkini dengan mengikuti akun sosial media kami

Pendidikan
FIK UI Tekankan Pentingnya Literasi Pertolongan Pertama bagi Komunitas Sepak Bola
JD 05 - berita depok

36
Kamis, 31 Jul 2025, 21:50 WIB

Kegiatan pelatihan penanganan henti jantung dan cedera diikuti pegiat olahraga, pekan lalu. (Foto: dok. Humas UI)

berita.depok.go.id - Insiden cedera serius hingga henti jantung mendadak saat berolahraga masih menjadi momok bagi para pegiat olahraga. Minimnya pemahaman orang di sekitar mengenai langkah awal pemberian pertolongan pertama menjadi salah satu faktor penyebab tingginya risiko tersebut.

Merespons hal itu, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI) melalui Klaster Riset Acute & Critical Care menginisiasi edukasi bagi komunitas penggiat olahraga. Bekerja sama dengan ABCC Football Community (ABCC FC), FIK UI menggelar kegiatan bertajuk “Pemberdayaan Masyarakat Penggiat Sepak Bola dalam Pertolongan, Perawatan, dan Bantuan Hidup Dasar: Aman Bermain, Siaga Menolong” di Lapangan Kerasakti, Tangerang.

Ketua Klaster Riset Acute & Critical Care FIK UI, Dr. Masfuri menjelaskan, kegiatan ini menjadi pengingat bahwa olahraga, yang seharusnya menyehatkan, bisa berbalik membahayakan jika abai terhadap risiko dan tidak memahami penanganan darurat.

“Cedera muskuloskeletal hingga henti jantung bisa terjadi kapan saja. Tindakan cepat dalam 5–10 menit pertama bisa menentukan apakah seseorang selamat atau tidak,” jelasnya.

Selama kegiatan berlangsung, para peserta mendapatkan pembekalan keterampilan pertolongan pertama, seperti penanganan cedera ringan, teknik mengatasi tersedak, hingga praktik Resusitasi Jantung Paru (RJP). Keterampilan ini dinilai krusial dalam menangani henti jantung mendadak.

Pelatihan ini diikuti oleh 39 pemain ABCC FC yang mayoritas merupakan pekerja kantoran dan rutin bermain sepak bola setiap pekan.

Masfuri menambahkan, program ini merupakan bagian dari pengabdian masyarakat FIK UI yang bertujuan memperkuat kapasitas komunitas dalam menghadapi risiko kesehatan secara mandiri.

“Tidak semua orang harus menjadi tenaga medis, tapi siapa pun bisa menjadi penolong. Literasi pertolongan pertama perlu ditanamkan sejak dini, agar masyarakat lebih tanggap dan berdaya dalam situasi darurat. Karena kadang, kesempatan menyelamatkan nyawa hanya datang dalam hitungan detik,” pungkasnya. (JD 05/ED 02)


Apa reaksi anda?
0
0
0
0
0
0
0