Temukan informasi terkini dengan mengikuti akun sosial media kami

News Other Pemerintahan Pemimpin Baru
Chandra Rahmansyah Siapkan 'Amunisi' Tuntaskan Permasalahan Sampah di Kota Depok
JD09 - berita depok

184
Selasa, 25 Feb 2025, 15:46 WIB

Plh. Wali Kota Depok, Chandra Rahmansyah didampingi Kepala DLHK Depok, Abdul Rahman bersama Camat dan Lurah setempat meninjau pengolahan sampah organik PT. Biomagg di Kelurahan Jatijajar, Selasa (25/02/25). (Foto : Diskominfo)

berita.depok.go.id - Pemerintah Kota (Pemkot) Depok terus mengupayakan solusi inovatif dalam menangani permasalahan sampah, 'amunisi' pun tengah disiapkan. 

Setelah mengunjungi incinerator di Sukmajaya, Tempat Pembungan Akhir (TPA) Cipayung, dan menggelar rapat dengan Integrated Solid Waste Management Project (ISWMP) terkait pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST), hari ini Pelaksana Harian (Plh) Wali Kota Depok, Chandra Rahmansyah, meninjau pengolahan sampah berbasis magot di PT. Biomagg, Jatijajar, Kecamatan Tapos.

"Kunjungan saya hari ini bagian dari upaya memetakan permasalahan sampah di Kota Depok sekaligus mencari solusinya. Budidaya magot yang dilakukan oleh PT. Biomagg ini menjadi salah satu solusi dalam pengolahan sampah organik," ujar Chandra Rahmansyah, kepada berita.depok.go.id. 

Menurutnya, metode ini tak hanya membantu pengurangan sampah organik, tetapi juga melibatkan masyarakat dalam prosesnya. 

PT. Biomagg telah mengembangkan sistem plasma yang melibatkan 200 lebih warga sekitar.

"Saya mengapresiasi kolaborasi yang terjalin di sini, baik dengan DLHK, kecamatan, kelurahan, dan para pelaku usaha. Ini bisa kita duplikasi di setiap kecamatan dan kelurahan, sehingga sampah organik dapat berkurang secara signifikan," tambahnya.

Chandra menegaskan bahwa budidaya magot bukanlah metode baru di Depok, sejumlah Unit Pengolahan Sampah (UPS) telah menerapkannya dan ke depan pengembangannya akan diperluas.

"Saat ini sudah banyak budidaya magot di beberapa lokasi. Bahkan, beberapa UPS kita juga menerapkan metode ini. Ke depannya, pengembangannya akan lebih terstruktur dan diperluas dengan kolaborasi antar dinas terkait," ungkapnya.

Hal senada disampaikan Kepala DLHK Depok, Abdul Rahman. Ia menambahkan bahwa program ini juga telah diintervensi melalui Dana kelurahan (Dakel), sehingga setiap kelurahan diharapkan memiliki unit budidaya magot sendiri.

"Selain PT. Biomagg, kami juga telah mengalokasikan dana kelurahan untuk membangun rumah magot di berbagai wilayah. Tahun ini, kami menargetkan 63 titik baru untuk budidaya magot di Depok," jelas Abdul Rahman.

Selain itu, UPS Merdeka 2 akan dijadikan sebagai pusat pembibitan magot, sehingga masyarakat yang ingin membudidayakan magot bisa mendapatkan telur atau bibit dari fasilitas ini.

"Kami ingin sistem ini berkembang lebih luas. Warga bisa mendapatkan bibit atau telur dari UPS Merdeka 2 dan kemudian membesarkannya untuk dijual kembali ke PT. Biomagg atau pihak lain. Dengan cara ini, kita tidak hanya mengurangi sampah tetapi juga menciptakan ekonomi sirkular bagi masyarakat," ujarnya.

Sampah organik masih menjadi jenis sampah yang mendominasi di Kota Depok, berdasarkan data dari Electronic System for Integrated Solid Waste Management (ESI-PSN). 

Dengan metode budidaya magot, sampah organik bisa diolah menjadi pakan ternak atau pupuk, sehingga tidak lagi menumpuk di TPA.

"Metode magot ini mudah diaplikasikan oleh masyarakat dan menjadi solusi konkret dalam mengatasi permasalahan sampah organik. Harapannya, semakin banyak komunitas dan warga yang terlibat dalam upaya ini," tutup Chandra Rahmansyah.(JD09/ ED 01). 



Apa reaksi anda?
0
0
0
0
0
0
0