Temukan informasi terkini dengan mengikuti akun sosial media kami

Pendidikan
Kolaborasi Inovatif Atasi Sampah di Kedaung
JD 05 - berita depok

495
Selasa, 30 Sep 2025, 12:20 WIB

Warga dan Perguruan Tinggi budidaya maggot di RW 04 Kelurahan Kedaung, Kecamatan Sawangan. (Foto: dok. UPN Veteran Jakarta)

berita.depok.go.id - Pemerintah Kota (Pemkot) Depok berkolaborasi dengan UPN “Veteran” Jakarta (UPNVJ) dan Universitas Sahid Jakarta menyelenggarakan program pendampingan pengolahan sampah organik dengan pemanfaatan maggot di Kelurahan Kedaung, Kecamatan Sawangan.

Kegiatan ini merupakan bagian dari pengabdian kepada masyarakat yang bertujuan untuk memberikan solusi praktis terhadap masalah sampah di lingkungan warga Kedaung. 

Ketua Pengabdian Masyarakat UPNVJ, Ibnu Malkan Bakhrul Ilmi menjelaskan, program ini merupakan tahun ketiga dari hibah Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat dengan skema pemberdayaan wilayah.

“Program ini secara khusus menyasar warga RW 4 Kelurahan Kedaung dengan tujuan utama mengolah sampah organik yang dihasilkan rumah warga RW 4 dan RW 5, serta sampah organik dari dapur Makanan Bergizi Gratis (MBG),” jelasnya kepada berita.depok.go.id, Selasa (30/09/25).

Ia mengungkapkan, sampah organik yang sering kali menjadi masalah lingkungan, kini diubah menjadi sumber daya yang bernilai ekonomis dan ekologis melalui metode budidaya maggot yang berkelanjutan. Bentuk kegiatan yang dilaksanakan mencakup serangkaian pelatihan komprehensif.

Warga diajarkan mulai dari teknik dasar pemeliharaan maggot, pemisahan maggot dari sisa media, hingga budidaya lalat BSF (Black Soldier Fly) untuk memastikan proses penetasan maggot berjalan secara mandiri.

“Pelatihan ini dirancang agar para peserta memiliki pemahaman dan keterampilan yang memadai untuk mengelola budidaya maggot secara mandiri,” ungkapnya.

Guna mendukung keberlanjutan program, Pemkot Depok dan Perguruan Tinggi menyediakan berbagai fasilitas penting. Sebuah rumah maggot dibangun sebagai pusat kegiatan, lengkap dengan kandang penetasan lalat BSF.

Selain itu, disediakan juga wadah khusus untuk penguraian sampah oleh maggot dan berbagai peralatan pendukung lainnya. Guna memastikan warga dapat memulai praktik dengan fasilitas yang memadai.

Ibnu menyebut, setelah beberapa waktu berjalan, hasil dari program ini menunjukkan dampak yang signifikan. Maggot yang dikelola warga RW 4 terbukti sangat efektif dalam mengurai sampah organik.

“Dengan adanya rumah maggot, jumlah sampah rumah tangga dan sampah dari dapur MBG dapat berkurang secara drastis, menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat,” paparnya.

Ibnu mengatakan, magot-magot yang telah mengurai sampah memiliki nilai jual yang tinggi sebagai pakan ternak. Maggot hasil panen, maupun telur maggot, dapat dijual. Ini membuka peluang baru bagi warga untuk memperoleh penghasilan tambahan dan berkontribusi pada ekonomi sirkular.

Pendapatan yang diperoleh dari penjualan maggot dan telurnya tidak lantas digunakan untuk keuntungan pribadi, melainkan dikelola secara kolektif oleh warga.Dana ini dimanfaatkan kembali untuk keperluan operasional kegiatan rumah maggot. Dengan demikian, program ini memiliki skema yang mandiri dan berkelanjutan.

“Keberhasilan program pengolahan sampah organik dengan maggot ini menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi antara pemerintah, akademisi dan masyarakat dapat melahirkan solusi inovatif untuk masalah lingkungan,” ucapnya.

“Program ini tidak hanya mengurangi volume sampah, tetapi juga memberdayakan warga dengan keterampilan baru, menciptakan dampak positif yang berkelanjutan bagi lingkungan dan kesejahteraan ekonomi masyarakat,” tandas Ibnu. (JD 05/ED 02)


Apa reaksi anda?
0
0
0
0
0
0
0