berita.depok.go.id - Pada era 80-90an alat transportasi ini masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat, khususnya di Kota Depok. Kala itu, becak menjadi solusi karena minimnya transportasi umum di dalam kota ini, sementara kendaraan pribadi masih belum terlalu dominan saat itu.
Walau keberadaan becak semakin tergerus seiring dengan kemajuan zaman. Namun, di sudut jalanan di Depok, masih ada tukang becak dan penumpang setianya.
Salah satu tukang becak tersebut adalah Karyo yang biasa menunggu penumpang setianya di Jalan Pemuda, Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas (Panmas). Pria asal Cirebon, Jawa Barat itu telah mengayuh becak lawasnya sejak tahun 1980an.
“Saya sebenernya asli Cirebon, ke Depok merantau. Narik becak atau tukang becak dari tahun 80an seinget saya,” ujar Karyo saat bercerita dengan berita.depok.go.id diatas becaknya beberapa pekan lalu.
Becak yang merupakan salah satu alat transportasi konvensional yang tetap bertahan ditengah maraknya transportasi aplikasi di Kota Depok ini seakan memiliki tujuan yang membuat mereka tetap mempertahankan pekerjaannya. Seperti Karyo, tetap bertahan menjadi tukang becak kerena harus menafkahi tiga anak dan seorang istri di kampung halaman.
“Sebelum ke Depok, di Cirebon saya juga narik becak. Lalu ke Depok tadi tahun 80an, langsung ke daerah Jalan Pemuda ini,” katanya.
“Biarpun pendapatan kurang, bisa memenuhi kebutuhan hidup itu sudah alhamdulillah,” sambung Karyo.
Menurut Karyo, di kawasan Jalan Pemuda masih banyak warga yang memakai jasanya untuk mengangkut barang belanjaan, khususnya ibu-ibu yang pulang dari pasar. Atau, sekadar berkeliling kawasan Jalan Pemuda yang disana banyak tempat bersejarah.
Tidak banyak memang. Tapi sesekali ada ayunan tangan sembari memanggil “Becak”.
“Kadang ya itu bawa barang belanjaan, atau seperti temen saya ada yang enggak narik becak karena lagi bantu-bantu bangun rumah,” katanya.
Saat berita.depok.go.id mencoba menyusuri Jalan dan Gang-gang yang ada di Jalan Pemuda memang keberadaan tukang becak bisa dihitung dengan jari. Kebanyak dari mereka duduk diatas becak tercintanya sambil menunggu ‘mungkin’ para pelanggan setianya.
“Dulu pasti lebih banyak dari sekarang (keberadaan tukang becak). Tapi lama kelamaan habis juga,” cerita Karyo.
Bagai dua sisi mata uang, keberadaannya yang dianggap ketinggalan zaman, justru bagi segelintir masyarakat dengan memilih transportasi becak bisa membangkitkan memori masa kecil. Seperti yang dirasakan Sani, becak baginya merupakan ‘teman’ masa kecilnya.
"Dulu saya tinggal di Jakarta, setiap datang ke Depok saya naik becak ke rumah nenek di daerah Pitara, pokoknya itu hal yang wajib setiap ke Depok,” cerita Sani.
Padahal, di tahun 2000an, Sani bercerita di Kota Berjuluk Seribu Maulid ini sudah ada angkutan kota berseliweran. Namun, ia dan keluarga tetap memiliki becak untuk mengantarkan ke tempat tujuan.
“Sekarang agak sedih karena sudah sangat jarang ditemui becak di Depok. Karena dulu aja tukang becak bapak-bapak semua, anaknya mungkin gamau meneruskan,” ungkapnya.
Kisah Karyo adalah sekelumit cerita tentang keberadaan tukang becak yang masih tersisa di Kota Depok. Lantas, berapa lama lagi profesi ini akan bertahan? (JD09/ED 01).