Temukan informasi terkini dengan mengikuti akun sosial media kami

News
Tole Iskandar: Pahlawan Asli Depok Menuju Barisan Pejuang (Bagian Pertama)
JD 03 - berita depok

132
Senin, 18 Agt 2025, 3:00 WIB

Keponakan Pahlawan Tole Iskandar, Arifin Darmo Wahyu memperlihatkan majalah dan artikel yang memuat tentang sepak terjang Tole Iskandar. (Foto: Diskominfo Depok).

berita.depok.go.id - Nama Tole Iskandar kini menghiasi salah satu jalan utama di Kota Depok, namun bagi keluarganya, Ia bukan sekadar nama pahlawan di papan penunjuk jalan. 

Ia adalah anak sulung dari tujuh bersaudara, lahir di Ratujaya, Kecamatan Cipayung-Depok dari pasangan Raden Samidi Darmorahardjo bin Adam dan Sukanti binti Raden Setjodiwirjo.

Tempat kelahirannya sekarang lebih dikenal sebagai Gang Kembang, Kelurahan Ratujaya, yang dahulu hanyalah pematang sawah menuju Kampung Rawageni. 

Tole adalah kakak dari Tuti Sukarsih, Sukaesih, si kembar Sugito dan Suyoto, Mulyati, dan Slamet Mulyono. 

Dari Ibu Sukaesih inilah lahir Arifin Darmo Wahyu, keponakan yang kini banyak menyimpan cerita perjuangan pamannya.

Menurut Arifin, keluarga besar Tole berasal dari Purworejo, Jawa Tengah, tepatnya Bagelen. 

Kakek Tole, Raden Setjodiwirjo, dikirim oleh Belanda ke Depok untuk menjadi mantri air.

“Uyut saya (Raden Setjodiwirjo) mengurus perairan dari Pondok Cina sampai Cilebut, naik kuda karena belum ada kendaraan. Itu bedol desa, pindah dengan membawa seluruh keluarga,” ujar Arifin, mengawali cerita kepada berita.depok.go.id, saat ditemui di kediamannya di daerah Rawageni Raya, Kelurahan Ratujaya, Kecamatan Cipayung.

Pekerjaan itu membuat keluarga Tole memiliki lahan luas di sepanjang irigasi. 

Pada masa itu, Depok bahkan disebut lumbung padi, dengan saluran air buatan yang menghidupi sawah-sawah dari Ratujaya hingga Rawageni.

Sebagai cucu dari pejabat kolonial, Tole mendapat kesempatan mengenyam pendidikan yang baik. 

Ia bersekolah di Sekolah Dasar (SD) di Europa Lagere School yang kemudian dikenal sebagai SDN Pancoran Mas 2 dan melanjutkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Jakarta dengan sistem pendidikan Belanda.

Arifin Darmo Wahyu saat menunjukan dokumen foto yang memuat tentang sepak terjang Tole Iskandar. (Foto: Diskominfo Depok)

“Karena anak pejabat, dia bisa sekolah di level itu. Semua keluarga kami memang dididik untuk belajar,” ujar Arifin.

Meski pendiam, Tole memiliki semangat besar. 

Ia gemar berolahraga, terutama silat, serta hobi beternak dan berburu. 

Karakternya yang tegas namun tenang membuat Ia disegani di lingkungannya.

Namun perubahan besar terjadi saat Jepang datang, Tole memilih pamit meninggalkan rumah. 

Ketika kembali ke tempat kelahirannya, Ia sudah mengenakan seragam tentara PETA (Pembela Tanah Air) dengan pangkat Shodanco atau komandan peleton.

Kepulangannya menjadi titik awal perjuangan. 

Ia mulai mengumpulkan pemuda Depok dan Citayam, melatih mereka, dan membentuk satuan perlawanan.

Dari semangat itu lahirlah Laskar 21, yang bermarkas di Jalan Citayam. 

Tole Iskandar memimpin langsung latihan dan strategi perang.

Di bawah komandonya, para pemuda dibentuk menjadi pejuang tangguh. 

Sosoknya menjadi panutan, bukan hanya karena keberaniannya, tetapi juga kedekatannya dengan masyarakat yang Ia lindungi.

Perjalanannya di Ratujaya hingga menjadi pemimpin Laskar 21 membuktikan bahwa keberanian lahir dari tekad untuk membela tanah kelahiran.  (JD 03/ ED 01).

(Bersambung)


Apa reaksi anda?
0
1
1
0
0
0
0