Kepala Bappeda Kota Depok, Dadang Wihana. (Foto: JD 04/Diskominfo).
berita.depok.go.id - Konflik adalah sebuah realita kehidupan yang dihadapi oleh setiap manusia, mulai dari perbedaan pandangan, kepentingan, bahkan kekuasaan. Di antara respon yang terjadi dalam menghadapi konflik, ada yang dihadapi dengan ikhlas, akan tetapi tidak sedikit yang dihadapi dengan sikap marah.
Mungkin kita tidak menyadari, bahwa ketika kita marah sebetulnya sedang menyakiti diri sendiri. Jika marah tak terkendali maka berpotensi memicu stres dan depresi, jika marah tak diredam maka berpotensi mengancam serangan jantung. Jika terus marah maka berpotensi terkena stroke dan hipertensi, dan akhirnya mengancam keselamatan jiwa raga kita.
Marah juga menjadi lumbung dosa, karena mengakibatkan orang lain merasa direndahkan dan disakiti, mungkin mereka akan melawan atau menghadapinya dengan berdo’a dan berserah diri kepada Allah SWT.
Ingatlah kisah kapal Nabi Yunus AS yang ditenggelamkan, Allah SWT dalam QS.Al-Anbiya Ayat 87 berfirman : “_Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap : “Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.”_
Dihadapkan hal diatas, setiap konflik hendaknya dihadapi dengan sikap ikhlas bukan dengan marah. Ikhlas bisa dimaknai sebagai sebuah proses perubahan, yang mungkin saja diawali dari prasangka negatif, perasaan sakit hati, kecewa, marah, dan dendam. Akan tetapi dihadapi dengan perasaan positif (positive feeling), berhusnudzon, menguatkan diri untuk tegar dan berserah diri kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya berserah diri untuk menyerahkan sepenuhnya kepada Allah SWT. Yakinlah bahwa pertolongan Allah SWT itu Nyata dan Maha Adil.
Allah SWT berfirman dalam QS Ali Imran Ayat 133-134 : “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luanya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah _menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan,".
Sahabat , manusia diciptakan dengan segala kelebihan dan kekurangannya, tak ada insan di bumi ini yang sempurna, kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Jadi jangan marah pada kondisi di dunia karena semua hanya sementara.
Sahabat, marilah bergandeng tangan sesama insan dalam kebaikan karena jika memupuk kemarahan maka kita berbuat dosa menyakiti diri sendiri dan orang lain. Sahabat, mari hadapi marah dengan sikap ikhlas agar kita termasuk orang-orang yang bertakwa.
Ikhlas menjadi sumber ketenangan jiwa dan kebahagiaan lahir bathin, baik bagi kita yang hendak marah maupun ketika kita dihadapkan pada prasangka dan kemarahan orang lain. (JD 05/ED 01/EUD02)