berita.depok.go.id - berita.depok.go.id - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok turut memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia (HTBS) Tahun 2023 yang diperingati setiap tanggal 24 Maret. Tahun ini, pihaknya menggelar webinar peringatan HTBS dengan tema Peningkatan Peran Serta Komunitas, Mitra dan Multi Sektor.
Kepala Dinkes Kota Depok, Mary Liziawati mengungkapkan, penyakit Tuberkulosis (TBC) pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada 24 Maret 1882. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis.
"Sampai sekarang masih ada penyakit TBC, masih belum bisa kita tuntaskan. Sehingga sangat perlu mengajak semua element, stakeholder, pentahelix untuk bersama-sama dalam peran kita masing-masing berupaya melaksanakan penanggulangan TBC terutama di wilayah Kota Depok," ujarnya, kepada berita.depok.go.id, Jumat (24/03/23).
Berdasarkan data Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) per 28 Febuari 2023 di Kota Depok menunjukan ada 6.499 TBC yang ditemukan dan diobati. Kemudian, ada 2.995 atau 45,7 persen pasien TBC yang menyelesaikan pengobatan, meninggal dalam pengobatan TBC ada 148 dan putus pengobatan TBC 393 orang.
"Ini juga menjadi perhatian kita bersama, kenapa bisa sampai putus pengobatan, ini juga perlu dukungan dari sekeliling, dari keluarga, kader, dukungan dari petugas kesehatan yang merawat dia, interaksi dengan pasien harus lebih bagus lagi, sehingga pasien tidak putus obat," jelasnya.
Selain itu, Mary mengajak masyarakat untuk menghilangkan stigma negatif terhadap penderita TBC. Sebab, penyakit ini dapat menyerang siapa saja, baik masyarakat kalangan bawah, menengah, maupun atas.
Imbuhnya, TBC bisa ditanggulangi bersama-sama dengan empat cara. Pertama, mempromosikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), upaya melakukan PHBS menjadi benteng untuk mencegah dari berbagai macam penyakit.
"Kemudian, mengupayakan tidak terjadi stigma diskriminasi di masyarakat yang tadi saya sampaikan tidak perlu malu atau dikucilkan. Dengan pengobatan yang rutin insyallah tidak terjadi penularan, kalau diberikan pengobatan rutin insyaallah kumannya tidak menularkan, tapi pengobatannya harus sampai tuntas," ungkapnya.
Ketiga, membentuk dan mengembangkan warga peduli Tuberkulosis. Di Depok, hal tersebut sudah dilakukan melalui pembentukan Kampung Peduli Tuberkulosis (Kapitu) yang merupakan bagian dari upaya menggerakkan seluruh warga dan element untuk peduli kepada penderita TBC.
"Terakhir, memastikan masyarakat dengan TBC memeriksakan dirinya ke fasilitas kesehatan dan melakukan pengobatan hingga tuntas. Lalu, memastikan tidak ada penularan kepada orang lain atau orang sekitar," tandasnya. (JD 12/ED 01)