Temukan informasi terkini dengan mengikuti akun sosial media kami

News
Margonda: Nama yang Terpatri dalam Sejarah, Cinta dan Pengorbanan (Bagian Akhir)
JD 03 - berita depok

2919
Minggu, 25 Agt 2024, 4:02 WIB

Plang nama Jalan Margonda Raya. (Foto: Diskominfo Depok).

berita.depok.go.id - Penghargaan dan Kebanggaan 

Perasaan bangga Jofiatini terhadap orang tuanya semakin kuat ketika mengetahui bahwa nama ayahnya diabadikan sebagai nama jalan utama di Depok. Meskipun pada awalnya jalan tersebut hanya berupa jalan kecil, kini Jalan Margonda telah berkembang pesat menjadi salah satu jalan tersibuk di Kota Depok. 

“Alhamdulillah, negara telah berkenan untuk menamakan jalan di Depok dengan nama bapak saya. Bangga, bapak saya bisa jadi salah satu orang yang ikut berjuang untuk kemerdekaan Republik Indonesia," jelasnya. 

Dirinya bercerita, sang ibu meskipun suaminya diabadikan menjadi pahlawan dan nama jalan tetaplah rendah hati. Termasuk kepada para sahabatnya. 

"Ibu itu ya, nama bapak kan sudah lama itu ya diinikan (dijadikan nama jalan). Saya juga pendiam, maksudnya tidak pernah menyombongkan gitu. Tidak pernah menyombongkan sama teman-teman," ungkapnya. 

Kini, di usianya yang telah lanjut, Jofiatini lebih banyak menghabiskan waktu dirumah bersama suami, anak dan cucu-cucunya. Sambil terkadang mengingat kenangan tentang ayahnya dan berdoa agar sang ayah mendapatkan tempat terbaik di sisi Tuhan YME. 

"Kalau ibu sih hanya bersyukur kepada Allah bahwa negara berkenan untuk mengangkat bapak saya ke Depok,” ucapnya. 

Dirinya bercerita ada suatu waktu di pertengah tahun 2000 dirinya bersama ibunda Maemoenah datang ke Kota Depok. Entah mengapa, katanya, ibunya kala itu minta diantar ke Depok dan ingin melihat Jalan Margonda. 

"Kalau yang lucu ini ibu saya itu, dia bilang sama pengemudi bilang sama ada saudara juga ajak deh jalan-jalan ke Jalan Margonda itu. Terus diajak, ibu saya diajak makan sama pengemudi, kata pengemudi ibu kita mau makan di sini warung ada nama Margondanya. Ibu saya itu agak protes. Katanya bapak (pemilik warung makan) nggak boleh ngasih nama suami saya. Nama suami saya nggak boleh dikasih nama warungnya bapak," ceritanya. 

Pada 1983, H.M.S Minteredja ex Menteri Sosial/ex Dubes RI di Ankara Turkey mengeluarkan surat pernyataan yang menyatakan Maemunah adalah janda Margonda yang gugur pada pertempuran melawan Belanda tahun 1945 di Kalibata, Pancoran Mas, Depok. Dan atas izinnya pula nama suaminya, Margonda, diabadikan sebagai nama jalan utama di Kota Depok. 

Dalam surat tersebut dinyatakan bahwa Maemoenah adalah janda sah dari Margonda, yang gugur dalam pertempuran melawan Belanda pada tahun 1945 di Kalibata, Pancoran Mas, Depok. Hal ini menegaskan bahwa Maemoenah dan Jofiatini berhak atas sokongan dari negara, yang merupakan bentuk penghargaan atas jasa-jasanya.


Kenangan yang Tak Terlupakan 

Meskipun waktu telah berlalu, kenangan akan Margonda dan Maemoenah tetap hidup di hati Jofiatini. Baginya, kisah cinta kedua orang tuanya adalah warisan yang tak ternilai, penuh dengan pengorbanan dan keteguhan hati. 

Jofiatini berharap bahwa generasi muda tidak hanya mengenal nama Margonda sebagai nama jalan, tetapi juga sebagai simbol dari semangat juang dan cinta terhadap tanah air. Ia berharap kisah tentang ayahnya dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk lebih menghargai jasa para pahlawan yang telah berjuang demi kemerdekaan Indonesia. 

Seiring berjalannya waktu, Jalan Margonda terus menjadi saksi bisu dari perkembangan Kota Depok. Namun, bagi Jofiatini, jalan tersebut adalah pengingat akan sosok ayahnya yang heroik dan penuh pengorbanan. 

"Saya hanya bisa berharap agar kisah ini terus dikenang dan Margonda tidak terlupakan. Semoga ayah saya mendapatkan tempat yang layak di sisi-Nya," kata Jofiatini sambil menyeka air mata yang menetes di pipi kirinya. 

Di akhir wawancara, Jofiatini pun mengungkapkan rasa rindunya kepada sang ayah, Margonda. 

“Untuk Bapak Margonda kesayangan. Anak satu satunya yang telah ditinggal menunaikan panggilan jiwa untuk mengabdi membela negara Indonesia dari penjajahan. Saya sebagai penerus sangat bangga atas perjuangan dan pengabdiannya kepada negara tumpah darah rakyat Indonesia walau bapak yang ku sayangi gugur di medan perang sebagai Kusuma Bangsa.

Ibu dan saya berjuang untuk hidup atas perkenannya dan kami menjalani takdir dari Allah SWT juga dibantu oleh saudara-saudara dari pihak ibu dan bapak. Saya beribu terima kasih Allah SWT mentakdirkan saya mendapat jodoh seorang prajurit dari Angkatan laut dengan pangkat terakhir Laksamana Madya TNI. 

Berpuluh tahun ibu dan saya tidak didampingi seorang suami dan bapak atas ridho Allah SWT semua berjalan baik-baik saja. Sebagai seorang anak tentu tak terhingga sampai akhir hayat mendoakan bapak semoga tetap berada di tempat terindah disisi Allah SWT. Saya bersama suami dan menantu selalu mendoakan bapak semoga menjadi ahli surga. Aamiin YRA” 

Ditambahkan oleh suami Jofiatini, Abu Hanifah. 

"Begini, mertua saya, pertama ya, kalau saya boleh cerita sebagai suami. Ibu itu suka terharu, jadi secara psikologis hal itu membuatnya sulit untuk bercerita. Istri saya ditinggal bapaknya ketika masih kecil, jadi semua kondisinya sangat terbatas. Bahkan teman-teman seangkatan bapaknya juga mengalami kesulitan untuk mengetahui di mana sebenarnya Margonda gugur. 

Saat Margonda berangkat untuk menyergap di dekat jembatan itu, siapa yang tidak tahu? Teman-temannya semua bercerita, tapi begitu dicari, tidak ada yang bisa menemukan. Itu satu hal yang saya ingat. Kedua, ibu itu pendiam. 

Sampai kadang-kadang ibu pernah sakit, dan saya langsung membawanya ke Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL). Setelah selesai, ibu bertanya, 'Ini yang bayar siapa?' Dia takut saya tidak bisa membayar. Itu satu pemikiran yang menunjukkan bahwa dia tidak mau menyulitkan orang lain. 

Saya punya keyakinan, istri saya ini pasti akan berkomunikasi dengan bapaknya. Itu diwujudkan dengan Salat Tahajud setiap malam. Mungkin setiap malam kalau ada kesempatan, istri saya berdoa untuk bapaknya. Saya hanya bisa mendoakan, semoga bapak mertua saya masuk surga. Tidak ada yang lain”. (tamat)   

Tulisan ini telah melalui proses penyuntingan oleh beberapa pihak terkait

Silsilah Keluarga 

Suami Jofiatini:

Ahmad Sastroprayitna dan R.Khadija

Anak: M. Ramli dan Abu Hanifah 


Margonda dan Maemoenah:

Anak: Jofiatini 


Abu Hanifah dan Jofiatini:

Anak: Alfin (alm) dan Teguh 


Teguh dan Ira Miranti Yudhi:

Anak:Hafiy Haqqy Hassanudin

Cherry Mardhatilla Hassanudin

Gavin Haqqy Hassanudin


Redaksi berita.depok.go.id turut menyampaikan terima kasih kepada: 

Ibu Jofiatini dan Bapak Abu Hanifah (Anak dan Menantu dari Bapak Margonda-Ibu Maemoenah )

Bapah Teguh (Anak dari Ibu Jofiatini dan Bapak Abu Hanifah) 

Ibu Ratu Farah Diba (Pemerhati Sejarah Depok / Ketua Depok Heritage Community) 

Herman, Relawan Museum Perjoangan Bogor

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Depok, Manto 

Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) pada Diskominfo Kota Depok, Agus Suprayitno


Penulis: Janet Swastika 

Editor : Yanuar Nurcholis Majid


Apa reaksi anda?
1
1
1
0
0
0
0