Temukan informasi terkini dengan mengikuti akun sosial media kami

Kolaborasi dalam Menjaga Empat Konsesus Berbangsa dan Bernegara

JD 03 - berita depok
Jumat, 19 April 2024, 16:21 WIB
News
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kota Depok, Lienda Ratnanurdianny saat memimpin apel pagi di Lapangan Balai Kota Depok, Jumat (19/04/24). (Foto: Bakesbangpol Depok).

berita.depok.go.id - Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kota Depok, Lienda Ratnanurdianny mengatakan peran pihaknya sangat strategis dalam menjaga keutuhan bangsa dan negara.

Untuk mencapai keberhasilan program tersebut, imbuhnya sangat memerlukan kolaborasi seluruh perangkat daerah serta stakeholder dalam mewujudkan profesionalitas ASN. 

“Kolaborasi itu untuk menjaga empat konsensus berbangsa dan bernegara, yaitu Pancasila sebagai Dasar dan Ideologi Negara, UUD 1945 sebagai Konstitusi Negara, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai Bentuk Negara dan Semboyan Bhinneka Tunggal Ika sebagai Semboyan Negara,” katanya saat memimpin apel pagi hari ini di Lapangan Balai Kota Depok, Jumat (19/04/24). 

Dalam apel dirinya juga memaparkan, tentang kondisi kebangsaan Indonesia yang dapat ditinjau dari berbagai sudut. 

Data yang saat ini dimiliki menunjukkan menurunnya kondisi nasionalisme bangsa.

“Survei nilai-nilai kebangsaan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan disampaikan oleh Kepala Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP) pada tanggal 24 Juli 2017 yang lalu menyatakan dari 100 orang Indonesia terdapat 18 orang yang tidak tahu judul lagu kebangsaan Indonesia," ungkapnya. 

"Lalu ada 24 orang dari 100 orang di Indonesia tidak hafal sila-sila Pancasila dan 53 persen orang Indonesia tidak hafal lirik lagu kebangsaan,” jelasnya. 

Dirinya juga mengungkap beberapa persoalan sosial kondisi kepribadian dan jati diri bangsa yang dapat menyebabkan krisis integritas bangsa saat ini. 

Misalnya, adanya ancaman kerawanan sosial atau konflik sosial vertikal dan struktural atau posisi hierarkis maupun konflik horizontal lalu masih kurangnya mental negatif mereduksi nilai tradisi karakter bangsa sopan santun, gotong royong serta saling menghargai. 

“Kemudian krisis identitas ditandai dengan melemahnya budaya gotong royong yang merupakan aset-aset sosial budaya Indonesia, krisis eksistensi negara bangsa atau nasional state atas masalah disintegrasi nasional atau efek globalisasi ideologi transisional gerakan separatisme polarisasi sosial politik saraf budaya kekerasan dan sebagainya,” ucapnya. 

"Pada data Kompas tahun 2021 menunjukkan masih rendahnya kesadaran dan literasi digital dalam penggunaan media sosial atau indeks keberadaan digital Indonesia urutan 29 dari 32 negara paling buruk di Asia Tenggara atau perputaran informasi di sosmed hoax dan penipuan 47 persen ujar kebencian 27 persen dan diskriminasi 13 persen,” tambahnya. 

Dirinya menambahkan, semua data tersebut menjadi dasar Bakesbangpol terus bekerja menjaga keutuhan bangsa dan negara.

Hal itu didukung pula atas pernyataan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres bahwa Dunia melihat dan mengakui falsafah kebersatuan dalam kebhinekaan. 

“Tidak keliru jika Indonesia pernah disebut sebagai kepingan surga yang jatuh ke Bumi oleh seorang ulama terkemuka Mesir Prof. Dr. Syekh Mahmud Syaltut. Maka kita semua harus bangga menjadi warga Indonesia,” tutupnya. (JD03/ ED 01).