Temukan informasi terkini dengan mengikuti akun sosial media kami

News Other Pendidikan Kesehatan Berbudaya Pemerintahan
Khutbah Jumat, Kiai Idris Ingatkan Pentingnya Rasa Syukur
JD09 - berita depok

458
Sabtu, 16 Nov 2024, 14:46 WIB

Wali Kota Depok, Mohammad Idris, memberikan khutbah Jumat di Masjid Bait Syafi’i, RSUD ASA Kota Depok, pada Jumat (15/11/24). (Foto : JD01/Diskominfo)

berita.depok.go.id - berita.depok.go.id - Wali Kota Depok, Mohammad Idris, memberikan khutbah Jumat di Masjid Bait Syafi’i, RSUD ASA Kota Depok, pada Jumat (15/11/24). 

Dalam khutbahnya, Kiai Idris menyampaikan pesan inspiratif tentang sikap Nabi Sulaiman AS dalam mensyukuri anugerah Allah, mulai dari hal kecil hingga kekuasaan besar yang diberikan untuk kemaslahatan masyarakat.

“Allah berfirman dalam Surat Saba ayat 13 yang terjemahanNya, para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dihidangkan Allah dari gedung-gedung yang tinggi yang dimiliki patung-patung dan piring-piring yang besar, seperti kolam dan periuk yang tetap berada di atas tungku,” kata Kiai Idris.

Dengan anugerah ini, Allah SWT perintahkan kepada Nabi Daud AS (lanjutan ayat di atas), bekerjalah hai keluarga Daud, bersyukur kepada Allah, dan sedikit sekali dari hamba-hamba yang bersyukur.

Para ulama tafsir menafsirkan firman Allah SWT tersebut dengan pengertian, “Kerjakanlah pekerjaan kalian sebagai wujud syukur kepada Allah.” Dalam ayat ini, Allah menjelaskan dengan kata “kerjakanlah”, bukan “syukurilah”, untuk menunjukkan hubungan erat antara tiga macam syukur: syukur hati, syukur lisan, dan syukur dengan perbuatan.

“Syukur kepada Allah dengan sempurna adalah perkara yang sulit. Allah SWT tidak menguji hamba-hambanya dengan syukur dalam Alquran kecuali dua orang saleh, yaitu Nabi Ibrahim AS dan Nabi Nuh AS,” ungkap Kiai Idris.

“Mereka dinyatakan secara tekstual dalam Alquran sebagai hamba Allah yang syukur karena memang sulit untuk bersyukur secara sempurna,” sambungnya.

Selanjutnya, Kiai Idris bertanya kepada jamaah Salat Jumat mengenai arti syukur.

Dikatakannya, dalam kamus besar bahasa Indonesia, syukur adalah ungkapan rasa terima kasih dan pengakuan atas segala nikmat yang diberikan oleh Allah SWT.

“Tak seorang pun diantara kita yang tidak pernah mendapatkan nikmat Allah SWT, sekecil apapun. Nikmat-nikmat Allah SWT jauh lebih banyak dalam hidup kita ini ketimbang cobaan atau bencana yang mungkin menimpa,” tutur Kiai Idris.

Menurutnya, dalam agama Islam, syukur sangat ditekankan sebagai ibadah dan kesadaran atas kebesaran Allah SWT.

“Ada tiga jenis syukur, pertama, syukur hati, yaitu kepuasaan batin atas anugerah dari Allah yang kita terima. Kita harus merasa puas dengan apa yang diberikan Allah SWT. Bahwa apa yang kita dapat dalam kehidupan ini berupa harta, pasangan hidup, jabatan, kekuasaan ini adalah anugerah yang memang secara jiwa dan batin harus kita merasa puas dengan apa yang diberikan Allah SWT,” ungkapnya.

Kedua, syukur dengan lidah, yaitu pengakuan anugerah dan mengucapkan rasa terima kasih.

“Untuk itulah kita disunahkan untuk sering-sering mengucapkan Alhamdulillah,” ujarnya.

Ketiga, syukur dengan perbuatan, yaitu memanfaatkan anugerah yang diperoleh sesuai dengan tujuan penganugerahan.

“Allah menganugerahkan harta kepada kita, kita harus manfaatkan harta itu, termasuk juga anugerah jabatan dan posisi dipekerjaan kita, kita harus manfaatkan untuk menjalankan tugas dan fungsi di posisinya juga bagian dari makna syukur,” jelasnya.

“Sebaliknya, jika kita tidak memanfaatkan anugerah sesuai dengan posisinya, kita dikatakan sebagai kufur atas nikmat yang diberikan Allah SWT,” sambung Kiai Idris.

Lebih lanjut, ia menuturkan, ada beberapa kiat agar semua umat Islam selalu bisa bersyukur dalam hidup dari para ulama, kebiasaan-kebiasaan para ulama untuk hidup bersyukur.

Diantaranya, ucapkan terima kasih pada Allah setiap pagi setelah kita bangun tidur, kita ucapkan Alhamdulillah,” ucap Kiai Idris.

“Kita berdoa kepada Allah telah diberikan kesempatan hidup, karena tadi malam kita tidak sadar, karena tidur adalah sebagaian dari pada kematian,” ujarnya.

Kedua, ucapkan rasa sayang pada orang yang terdekat, seperti orang tua, pasangan hidup, dan anak-anak.

“Jangan sampai kosong sampai sepekan tidak terucap kata sayang, insyaAllah itu akan menambah rasa syukur kita kepada Allah,” pesan Kiai Idris.

Ketiga, buat jurnal yang menuliskan hal-hal kecil yang membuat tersenyum, meski hati sedang berduka, upayakan untuk tersenyum setiap hari minimal 10 detik.

“Jadi dalam otak kita ada bagian yang namanya hepotalamus, itulah bagian dari otak kita yang memunculkan rasa bahagia ketika kita tersenyum minimal 10 detik,” tuturnya.

“Berbagi dengan sesama, sedekah, kepada orang tidak mampu atau mungkin teman,” ujarnya.

Kiai Idris menyatakan, jika seseorang bersyukur maka akan mendapatkan banyak dampak positif.

“Kalau kita sering bersyukur itu dapat menghilangkan rasa sombong, jadi kalau ada orang sombong itu tanda orang yang kurang bersyukur,” katanya.

“Dampak bersyukur juga menyadarkan diri kita bahwa semua yang dimiliki adalah kepunyaan Allah SWT,” tuturnya.

“Apa yang kita punya jangan merasa itu milik kita, karena suatu saat bisa saja diminta kembali oleh Allah SWT. Anak, istri kita, kekuasaan atau kewenangan dalam diri kita akan diambil oleh Allah SWT, karena itu semua milik Allah. Yang diberikan kesempatan untuk bisa mengambil dan memanfaatkan kewenangan dan kekuasaan itu,” terangnya.

Selain itu juga, dampak dari bersyukur membuat diri menjadi lebih bahagia. Makanya tidak mudah iri dan sombong, sering mengucap rasa syukur Alhamdulillah di dalam hatinya, tidak punya rasa memiliki dan tidak mudah sedih dan gelisah.

“Jangan sekali-kali orang yang merendahkan kita, kita merasa rendah. Kita cukup istighfar, mungkin ini bagian dari koreksi bagi diri kita sendiri atau sebagai sarana menghapus dosa kesalahan kita,” katanya.

“Atau Allah sedang menambah pahala dalam kehidupan kita. Kalau ada orang yang menuduh, mendzolimi itu dosa orang yang melakukan akan ditransfer oleh Allah SWT kepada orang yang direndahkan,” tegasnya.

“Dan mindset ini yang harus kita tanamkan benar-benar, sehingga kita tidak mudah terprovokasi terhadap ungkapan-ungkapan yang dapat memojokan diri kita sendiri,” jelasnya.

Terakhir, Kiai Idris mengingatkan agar tidak mudah mengeluh dengan bagian yang didapat dari Allah SWT dan mudah menghargai orang lain, sekecil apapun kebahagiaannya.

“Mungkin dia melakukan sesuatu kesalahan, tetapi kita harus ingat dia juga pernah berbuat baik, jangan kita lupakan kebaikannya,” pesan Kiai Idris.

“Untuk itulah, Allah SWT juga menyatakan barangsiapa yang bersyukur Allah SWT akan menambah anugerah dan kenikmatan kepada kita,” tutup Kiai Idris. (JD09/ED02)


Apa reaksi anda?
0
0
0
0
0
0
0