berita.depok.go.id - Es Teler Bahagia tumbuh menjadi usaha minuman kekinian yang tak hanya menguntungkan, tetapi juga digemari berbagai kalangan.
Pemiliknya, Febrianti, merupakan pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) asal Cipayung yang konsisten menyisihkan satu persen dari keuntungan usahanya untuk kaum duafa. Bantuan disalurkan dalam bentuk uang tunai, makanan, hingga paket sembako. Ini menjadi bukti bahwa UMKM turut memberi dampak positif bagi lingkungan sekitar.
Usaha yang telah berjalan lebih dari satu tahun ini berawal dari sistem pre-order, hingga akhirnya memiliki pelanggan tetap dan membuka kedai di Lapangan Cipayung. Kini, omzetnya mencapai Rp1 juta per hari.
“Karena banyak pelanggan yang suka dan repeat order, akhirnya saya memutuskan untuk membuka kedai tetap,” ujarnya kepada berita.depok.go.id, Jumat (08/08/25).
Kedai yang terletak di kawasan Cipayung ini buka setiap hari. Pada Senin hingga Jumat beroperasi pukul 10.00–18.00 WIB, sedangkan akhir pekan pukul 10.00–20.00 WIB.
Pemasaran Es Teler Bahagia
Usaha ini bermula dari rumah sebelum akhirnya membuka kedai. Untuk pengiriman, produk Es Teler Bahagia bahkan telah menjangkau wilayah Bintaro hingga Kantor DPR RI.
Febrianti memanfaatkan media sosial sebagai sarana promosi. Pelanggan pun banyak datang melalui testimoni dari mulut ke mulut.
“Biasanya pelanggan datang karena direkomendasikan temannya, lalu mencoba dan akhirnya menjadi langganan,” tuturnya.
Pelanggan Es Teler Bahagia berasal dari berbagai kalangan usia, mulai dari 18 hingga 50 tahun, bahkan ada yang berusia 60 sampai 70 tahun. Selain warga Depok, pembeli juga datang dari Kemang, Tebet, dan Ciledug.
Dengan bantuan empat orang karyawan, kedai ini mampu memproduksi dan menjual hingga 250–300 cup per hari, tergantung permintaan.
“Produk andalannya adalah es teler dengan tiga varian rasa utama, yaitu alpukat, durian, dan santan. Varian alpukat paling laris. Harganya mulai dari Rp15 ribu hingga Rp20 ribu,” terangnya.
Tantangan dan Kendala
Meski omzet harian terbilang tinggi, usaha ini tetap menghadapi tantangan. Salah satunya adalah ketersediaan bahan baku seperti alpukat yang sulit didapat, terutama saat musim hujan.
“Pesan alpukat nggak bisa dadakan. Kita harus punya stok dua sampai tiga hari sebelumnya karena butuh proses pematangan,” jelasnya.
Keterbatasan tempat juga menjadi kendala. Saat ramai, pelanggan sering kali harus berdiri atau menunggu tempat duduk kosong. Karena itu, Febrianti berencana menambah area lesehan agar pengunjung lebih nyaman.
Binaan DKUM dan Harapan ke Depan
Febrianti merupakan pelaku UMKM binaan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro (DKUM) Kota Depok. Ia telah mengikuti berbagai pelatihan, mulai dari manajemen bisnis, keuangan, hingga strategi pemasaran digital.
Meski begitu, dirinya berharap ada dukungan lanjutan dari pemerintah, seperti bantuan permodalan dan kunjungan langsung untuk melihat perkembangan usaha secara nyata.
“Saya berharap Pak Wali Kota atau Wakil bisa datang langsung. Produk kami juga sudah masuk D’Co Mart,” pungkasnya. (JD 08/ED 02)