berita.depok.go.id - Usai dikukuhkan sebagai Bunda Literasi Kota Depok, Siti Barkah Hasanah yang akrab disapa Cing Ikah menyampaikan sejumlah rencana strategis untuk meningkatkan budaya baca di masyarakat.
Salah satunya melalui penguatan kolaborasi dengan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Diskarpus) serta optimalisasi Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di setiap wilayah.
Cing Ikah menegaskan bahwa TBM memiliki peran besar dalam menghadirkan bahan bacaan yang dekat dengan masyarakat.
Menurutnya, keberadaan TBM perlu dimaksimalkan agar dapat menjadi pusat literasi yang mampu mendorong minat baca, terutama di kalangan anak-anak.
“Kita akan mencoba kolaborasi dengan Diskarpus, bagaimana TBM harus dimaksimalkan sebagai tambang bacaan masyarakat,” ujarnya kepada berita.depok.go.id
Ia juga menekankan bahwa upaya meningkatkan literasi tidak hanya dilakukan di tingkat sekolah, tetapi juga harus merambah lingkungan rumah.
Dengan demikian, keluarga memiliki peran penting sebagai pusat terbentuknya budaya membaca.
Konsep ini didorong untuk menjadi pilot project sehingga literasi bisa tumbuh dari lingkup terkecil.
Dalam upaya meningkatkan akses baca bagi masyarakat, Cing Ikah juga menyoroti hadirnya layanan motor baca yang bergerak ke wilayah-wilayah.
Saat ini, sudah tersedia satu unit motor baca yang diharapkan dapat dioptimalkan untuk menjangkau lebih banyak warga, termasuk di lingkungan permukiman yang memiliki akses jalan terbatas.
“Ke depan, kalau dibutuhkan oleh masyarakat yang jalannya kurang luas, kita akan minta tambahan dari Pak Wali agar motor baca ini bisa bergerak di seluruh gang yang ada di Kota Depok,” jelasnya.
Ia berharap kehadiran motor baca dapat menjadi sarana persuasif dalam mendorong minat anak-anak membaca.
Dengan pendekatan langsung di lingkungan, kegiatan literasi dapat terasa lebih dekat dan mudah diakses oleh masyarakat.
“Harapan kita bagaimana literasi ini mulai digaungkan dan disosialisasikan kepada anak-anak, sehingga mereka bisa terhindar dari hal-hal yang tidak baik,” ungkapnya.
Cing Ikah juga memaparkan program itu bernama MOCA GEULIS (Motor Baca Gerakan Literasi Sekolah).
Program ini dipilih karena memiliki fleksibilitas tinggi dalam menjangkau wilayah padat penduduk dan gang-gang kecil, sehingga layanan literasi dapat hadir lebih dekat ke masyarakat.
“Kenapa kami menginisiasi motor? Karena dengan motor, pergerakannya lebih mudah masuk ke gang, ke poskamling, aula, hingga halaman rumah,” terangnya.
Lebih jauh, ia menegaskan bahwa program MOCA GEULIS bersifat gratis dan dapat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat.
Warga yang ingin mengajukan layanan motor baca dapat berkoordinasi melalui Diskarpus dan sekolah terdekat agar kegiatan literasi dapat segera dilaksanakan di wilayahnya.
“Program MOCA GEULIS ini gratis. Bisa dipakai oleh siapa pun. Keluarga yang ingin mengajukan, silakan melalui sekolah-sekolah di wilayahnya,” pungkasnya. (JD 03/ED 01).
