Kepala Satpol PP Kota Depok, Lienda Ratnanurdianny. (Foto: Diskominfo)
berita.depok.go.id - Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Depok, Lienda Ratnanurdianny menyampaikan tausiah Ramadan malam kedelapan. Dirinya memberikan tausiah dengan tema Inspirasi Muhasabah dari Umar Bin Khattab.
Menurut Lienda, dalam sesi satu pengajian yang pernah dihadiri, ada pesan ustadz yang patut direnungi. Yaitu, terdapat enam pesan muhasabah dari Sayyidina Umar Bin Khattab.
“Pesan pertama, bila kalian menemukan aib di dalam diri seseorang, maka galilah aib yang ada pada diri kalian terlebih dahulu karena belum tentu aib kalian sedikit,” jelasnya, Sabtu (09/04/22) malam.
Lienda melanjutkan, untuk pesan kedua, bila kalian ingin memusuhi seseorang atau memusuhi sesuatu, maka musuhilah perut kalian. Karena tidak ada musuh yang lebih berbahaya bagi kalian selain perut kalian sendiri.
Pesan ketiga, bila kalian ingin memuji, pujilah Allah SWT. Sebab, tidak ada sesuatu yang lebih banyak memberi kepada kalian dan lebih santun, serta lembut kepada kalian selain Allah SWT.
Lalu keempat, tambah Lienda, bila ada yang ingin kalian tinggalkan, maka tinggalkanlah kesenangan dunia. Karena bila kalian tinggalkan maka kalian akan menjadi terpuji.
“Pesan kelima, bila kalian ingin siap-siap untuk sesuatu, maka bersiaplah untuk menghadapi kematian. Sebab, bila kalian tidak menyiapkan bekal untuk mati, kalian akan menderita, rugi dan penuh penyesalan,” tambahnya.
Lalu, untuk pesan keenam, bila kalian ingin menuntut sesuatu, tuntutlah akhirat. Karena kalian tidak akan mendapatkan akhirat kecuali dengan mencarinya.
“Jadilah berlian yang selalu dicari dan diimpikan semua orang karena pribadi yang tangguh yang memancarkan kemilau nan indah yang walau diperebutkan, namun hanya jiwa berkualitas yang mampu memilikinya,” ungkap Lienda seraya berpesan.
Dalam tausiah tersebut, Lienda juga menyampaikan sepenggal cerita inspirasi antara guru dan murid. Yakni mengenai makna membuat sebuah garis.
Diceritakannya, pada suatu waktu seorang guru membuat garis sepanjang 10 cm di bagian atas papan tulis. Lalu dia berkata kepada murid-muridnya : "Anak-anak, coba perpendek garis ini!"
Kemudian, anak pertama maju ke depan, ia menghapus dua cm dari garis itu, sekarang menjadi 8 cm. Pak Guru mempersilakan anak kedua. Dirinya pun melakukan hal yang sama, sekarang garisnya tinggal 6 cm. Anak ketiga dan keempat pun maju ke depan, sekarang garis itu tinggal 2 cm.
Terakhir, giliran anak yang nampak terlihat kalem maju ke depan, dia membuat garis yang lebih panjang, sejajar dengan garis pertama yang tinggal 2 cm itu. Sang Guru menepuk bahunya, "Kau memang bijak Nak. Untuk membuat garis itu menjadi pendek, tak perlu menghapusnya, cukup membuat garis yang lebih panjang. Maka Garis yang pertama akan menjadi lebih pendek dengan sendirinya."
“Makna cerita tersebut ternyata kita dapat berbuat yang terbaik dengan prestasi gemilang tanpa melukai, mencela dan menjelekkan orang lain,” jelasnya.
Menurut Lienda, cerita inspiratif ini rasanya cukup relevan jika dikaitkan dengan tugas pokok dan fungsi Satpol PP yang selalu menghadapi masyarakat yang begitu beragam. Dalam proses menjalankan tugas Satpol PP yang tegas, persuasif, dan humanis ini, berbagai sikap pun ditemui di lapangan.
“Jikalau itu adalah intan permata atau berlian dimanapun tersimpan, di dalam lumpur sekalipun dia tetap berkolau menunjukkan sebagai intan permata,” pungkasnya. (JD02/ED02/EUD02)