Temukan informasi terkini dengan mengikuti akun sosial media kami

Pemerintahan Maju Berbudaya

Tausiah Malam ke-14 Ramadan: Puasa Adalah Energi Perubahan

JD 12 - berita depok

43
Sabtu, 16 Apr 2022, 13:33 WIB

Ir. Widyati Riyandani, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan. (Foto: Diskominfo).

Tausiah Ramadan malam ke-14, oleh: 

Ir. Widyati Riyandani, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan.

berita.depok.go.id- Puasa adalah tradisi umat terdahulu yang diabadikan oleh Islam sebagai bentuk ibadah yang paling spesial. Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat, tetapi ganjaran bagi mereka yang berpuasa adalah berbeda.

“Setiap amalan anak Adam itu adalah (pahala) baginya, kecuali puasa, karena puasa itu untuk-Ku dan Akulah yang akan membalasnya,” (HR Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, Ahmad, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban)".

Bukan hanya manusia beriman yang diwajibkan berpuasa, bahkan hewan pun secara fitrahnya ada yang melakukan "puasa", ulat berpuasa sekian waktu ketika sedang menjadi kepompong sebelum berubah menjadi kupu-kupu. Induk ayam juga berpuasa selama dua puluh satu hari ketika mengerami telurnya hingga saatnya menetas.

Maknanya adalah berpuasa itu pengendalian diri agar kelak setelah melakukan puasa dapat menjadi manusia baru yang lebih baik serta dapat melahirkan, membesarkan dan membina manusia lain untuk juga menjadi lebih baik.

Puasa menyimpan energi perubahan yang maha dahsyat, baik perubahan diri pribadi melalui ibadah ritual personal (mahdhoh), terlebih lagi dalam bentuk ibadah sosial komunal (ghoiru mahdhoh). Bentuk perubahan dari manusia yang berpuasa adalah proses penyadaran diri manusia dalam menjalani hidup dan kehidupan. 

Perubahan diawali dengan kesadaran fisik biologis tubuh manusia yang membutuhkan pengendalian diri agar proses metabolismenya berjalan sesuai fitrahnya. Kemudian dilanjutkan dengan kesadaran jiwa manusia bahwa sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri, membutuhkan tenaga kerja dan pelayanan orang lain, karenanya juga wajib menolong sesamanya yang kurang beruntung.

Kesadaran jiwa dari orang yang berpuasa menjadikan mereka pribadi-pribadi humanis yang empati dan peduli pada sesamanya. Membantu mereka yang miskin dan du'afa hendaknya dimulai dari keluarga, kerabat dan tetangga dekat. Bentuk bantuan idealnya meliputi semua kebutuhan dasar hidup manusia, setidaknya adalah bantuan pangan untuk memenuhi kebutuhan fisik minimum.

Bila semua orang bisa membantu orang lain di lingkungan terdekatnya masing-masing, tidak saja selama bulan puasa dalam bentuk zakat, infaq dan shodaqoh, tetapi sepanjang tahun, maka ketahanan pangan nasional dari aspek akses pangan dapat terwujud secara berkelanjutan, tanpa menjadi beban negara.

Sejalan dalam mewujudkan ketahanan pangan, Islam juga menganjurkan setiap upaya penanganan kelaparan, sesuai dalam Al Qur’an surat Quraisy ayat 3-4,

فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَٰذَا الْبَيْتِ.

الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ

“Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka’bah), yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa ketakutan”.

Memberi bantuan pangan pada bulan Ramadan  bisa juga dalam bentuk shodaqoh makanan pada saat berbuka puasa atau untuk makan sahur,  tak hanya berpahala bahkan dipuji oleh Nabi Muhammmad SAW, “Sesungguhnya orang yang terbaik di antara kalian adalah orang yang memberi makan“ (HR. Thabrani).

Nabi Muhammad SAW bersabda, ”Bahwa sesungguhnya di surga terdapat sejumlah kamar yang bagian luarnya terlihat dari bagian dalamnya dan bagian dalamnya terlihat dari bagian luarnya”. Tak hanya memperoleh kamar, ” Barang siapa yang memberi makan  kepada orang mukmin hingga membuatnya kenyang dari rasa lapar, maka Allah akan memasukkannya ke dalam salah satu pintu surga yang tidak dapat dimasuki oleh orang lain.” (HR. Thabrani).

Perubahan selanjutnya adalah kesadaran ruh bahwa manusia adalah makhluk yang berasal dariNya dan akan kembali kepadaNya, sehingga ibadah puasa harus mampu merubah pola pikir, sikap dan prilaku sebagai orang yang beriman untuk senantiasa menjadi hamba Tuhan sebagaimana yang dikehendakiNya dengan mengendalikan hawa nafsunya. (JD12/ED 01/EUD02) 


Apa reaksi anda?
0
0
0
0
0
0
0