berita.depok.go.id - Kelurahan Duren Mekar (Dumek), Kecamatan Bojongsari, terus berupaya mencari solusi konkret dalam menangani permasalahan sampah di lingkungannya.
Setelah mendorong budidaya maggot sebagai pengelolaan sampah organik, kini Kelurahan Dumek menyiapkan tempat pembakaran sampah ramah polusi di RW 06 sebagai proyek percontohan atau pilot project.
Pelaksana Tugas (Plt) Lurah Dumek, Supriyadi menjelaskan, masih banyak warga yang membakar sampah di lahan pribadi, terutama mereka yang memiliki halaman luas. Aktivitas ini tentu berisiko menimbulkan polusi udara jika tidak dilakukan dengan cara yang benar.
“Di sini memang masih banyak yang membakar sampah, khususnya warga yang punya halaman cukup luas. Karena itu, kami mencoba memberikan solusi agar jika pembakaran harus dilakukan, bisa dilakukan dengan cara yang aman dan minim polusi. Bahkan sebisa mungkin tidak menimbulkan polusi sama sekali,” kata Supriyadi kepada berita.depok.go.id, Jumat (23/05/26).
Sebagai bentuk solusi, RW 06 akan menjadi lokasi uji coba pembuatan alat pembakaran sampah skala kecil yang ramah lingkungan. Alat ini dirancang oleh warga RW 06 menggunakan drum dan tong. Serta dilengkapi alat penyaring asap dengan memanfaatkan banner khusus.
“Kita sudah buat gambaran alatnya, yang akan dibuat langsung oleh RW 06. Nantinya akan dilengkapi dengan banner-banner penyaring asap supaya asap dari pembakaran tidak mencemari udara. Ini adalah pilot project kita yang kedua setelah program maggot,” jelasnya.
Menurutnya, alat pembakaran sampah ini dirancang menyerupai insinerator, namun dalam versi yang lebih sederhana dan bisa diaplikasikan oleh masyarakat. Skala kecil dipilih agar mudah dioperasikan, tidak menimbulkan biaya besar, namun tetap efektif mengurangi volume sampah rumah tangga.
“Skalanya kecil saja, pakai drum atau tong. Nanti kita bantu juga dengan alat-alat tambahan supaya asapnya bisa diminimalkan. Ini memang semacam insinerator, tapi versi sederhana. Kami juga sudah mulai mempelajari teknis pembakarannya supaya benar-benar ramah lingkungan,” ujarnya.
"Pilot project ini diharapkan bisa menjadi solusi alternatif, terutama untuk sampah yang tidak bisa diolah dengan metode maggot. Ke depannya, jika berhasil, program serupa akan diterapkan di RW lainnya disini," tutupnya. (JD10/ED 02)