berita.depok.go.id - berita.depok.go.id - Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Depok, Nina Suzana, menghadiri kegiatan evaluasi dan pemantauan pelaksanaan aksi konvergensi percepatan penurunan stunting di Avenzel Hotel, Kota Bekasi, Kamis (21/11).
Dalam pertemuan ini, Nina menekankan pentingnya gotong royong atau keterlibatan seluruh elemen masyarakat dan lintas sektoral untuk mengatasi permasalahan stunting di Depok, yang hingga kini masih menjadi pekerjaan rumah bersama.
Dirinya mengungkapkan acara evaluasi dan pemantauan ini diharapkan menjadi langkah strategis untuk mempercepat penurunan stunting di Depok melalui kerja sama yang solid dari seluruh pihak terkait.
Nina menjelaskan bahwa penanganan stunting tidak hanya menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan (Dinkes) atau Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana ( DP3AP2KB) saja, melainkan membutuhkan peran aktif berbagai instansi lainnya, seperti Dinas Perumahan dan Permukiman (Disrumkim), Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP3), serta komunitas masyarakat.
"Stunting bukan hanya soal gizi, tetapi juga terkait dengan sanitasi, kondisi lingkungan, dan ketahanan keluarga. Misalnya, sanitasi yang buruk atau manajemen sampah yang tidak baik bisa berdampak pada kesehatan keluarga dan anak," ujarnya, kepada berita.depok.go.id.
Pada kesempatan tersebut, Ia juga menyoroti pentingnya program lintas dinas seperti sanitasi layak, pengelolaan sampah, dan pemberian makanan tambahan (PMT) untuk ibu hamil dan anak-anak sebagai upaya konkret penanganan stunting.
Namun, ia mengingatkan bahwa upaya ini tidak akan efektif jika tidak didukung oleh kondisi keluarga yang harmonis.
"Situasi dalam rumah tangga yang tidak kondusif, seperti konflik antara orang tua, dapat memengaruhi psikologis anak. Ini berdampak pada pola makan mereka, yang jika berlangsung lama dapat memengaruhi tumbuh kembang anak," tegasnya.
Dirinya menekankan perlunya sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga lainnya untuk fokus pada titik-titik wilayah yang sudah teridentifikasi memiliki kasus stunting tinggi.
Menurutnya, pemanfaatan database yang akurat menjadi dasar penting dalam merancang program penanganan yang tepat sasaran di setiap kelurahan dan kecamatan.
"Penanganan di setiap wilayah pasti berbeda, karena permasalahan dan kebutuhannya juga tidak sama. Dengan data yang tepat, kita bisa menentukan langkah efektif agar target penurunan stunting benar-benar tercapai pada 2026," ungkapnya.
Dikatakannya, bahwa dana kelurahan yang sudah dialokasikan dapat digunakan untuk program-program wajib penanganan stunting di tingkat lokal, termasuk penguatan keluarga, pemberian makanan tambahan, serta peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya sanitasi dan gizi.
Terakhir dirinya mengingatkan bahwa penanganan stunting bukan hanya persoalan kesehatan fisik, tetapi juga menyangkut masa depan generasi bangsa.
"Anak-anak adalah harapan masa depan. Jika sekarang mereka mengalami stunting dan tidak tertangani dengan baik, dalam 10 tahun ke depan kualitas kecerdasan dan kemampuan mereka bisa terpengaruh. Kita tidak ingin ini terjadi. Oleh karena itu, penanganan stunting adalah tanggung jawab kita bersama," katanya.
Ia pun berharap seluruh stakeholder yang hadir dalam kegiatan ini dapat berkomitmen menjalankan peran masing-masing secara maksimal untuk memastikan target penurunan stunting di Kota Depok tercapai.
"Insha Allah, dengan niat yang sama dan kerja keras, kita bisa bersama-sama menyelesaikan permasalahan stunting di Depok," tutupnya. (JD03/ED 01).