berita.depok.go.id - berita.depok.go.id - Menciptakan sekolah yang ramah dan nyaman untuk anak sudah menjadi komitmen Pemerintah Kota (Pemkot) Depok sejak lama. Salah satu indikator sekolah yang ramah dan nyaman tentunya tidak terjadi kasus pembulian pada anak, khusus bagi anak-anak inklusi.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Pemkot Depok menggelar Workshop Pengembangan Pembelajaran dan Sekolah Inklusi Tahun Anggaran 2024 di Hotel Bumi Wiyata, Selasa (30/07/24). Yang mengundang kepala sekolah (kepsek) dan guru Sekolah Dasar (SD) negeri serta swasta se-Kota Depok yang membuka kelas inklusi.
Workshop ini mengangkat tema, Pemberian Layanan Pendampingan Bagi Satuan Pendidikan untuk Pencegahan Perundungan, Kekerasan dan Intoleransi.
Wakil Wali Kota Depok, Imam Budi Hartono yang membuka kegiatan tersebut mengatakan, workshop ini dapat menjadi wadah menambah ilmu bagi sekolah yang membuka kelas inklusi. Dengan harapan, ke depan sekolah yang membuka kelas inklusi dapat menyediakan layanan yang semakin baik untuk warga Depok.
"Ini sangat dibutuhkan bagi warga kita yang memiliki anak inklusi, baik disabilitas atau lainnya," tuturnya kepada berita.depok.go.id, usai membuka acara, Selasa (30/07/24).
Menurut Bang Imam, sapaan Wakil Wali Kota Depok, di masa anak-anak, perundungan mungkin saja terjadi karena ketidakpahaman mereka. Dia pun mengajak para guru sebagai orang tua di sekolah berperan aktif mencegah hal tersebut terjadi.
"Ini ilmu yang bagus, sehingga harus diikuti oleh sekolah-sekolah yang membuka kelas inklusi," ungkapnya.
"Anak-anak juga harus mendapatkan pendampingan yang tepat dari para guru agar tidak terjadi perundungan," tegas Bang Imam.
Di tempat yang sama, Kepala Bidang Pembinaan Sekolah Dasar, Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Depok, Wawang Buang menambahkan, workshop ini merupakan amanah dari Episode ke-25 Merdeka Belajar terkait penanganan anak-anak yang melakukan perundungan dan lain sebagainya.
Lewat workshop ini, Disdik Depok memberikan pembinaan dan pembekalan kepada guru-guru tentang cara memberikan pelayanan, serta penanganan anak-anak inklusi di sekolahnya.
"Jangan sampai anak-anak inklusi atau disabilitas dikucilkan, diejek atau dihina sama teman-temannya. Ini yang kita kondisikan," ucapnya.
Dia berharap, kepada para peserta yang mengikuti workshop kali ini dapat membagikan ilmu yang didapat kepada guru lainnya.
"Semoga para peserta dapat memberikan praktik baik dan wawasan yang mereka terima ke guru yang lain," harap dia.
"Dengan begitu, ketika menghadapi anak-anak inklusi di sekolahnya mereka punya kesamaan dalam memberikan perlakuan khusus kepada anak-anak inklusi," tutupnya. (JD09/ED02)