berita.depok.go.id - Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Depok melaksanakan Sosialisasi Pendataan dan Pemetaan Hewan melalui Platform Satu Peta Anabul di Ruang Rapat DKP3, Kamis (04/12/25).
Kegiatan ini diikuti secara luring dan daring oleh perwakilan sekolah negeri dan swasta, penanggung jawab zoonosis dari Puskesmas serta Dinas Kesehatan, camat, dan lurah se-Kota Depok.
Kepala DKP3 Kota Depok, Widyati Riyandani, mengatakan bahwa pendataan diperlukan untuk melihat kondisi hewan terlantar di lapangan, terutama kucing dan anjing yang hidup di ruang publik tanpa pemilik.
“Pendataan ini menjadi dasar bagi kami dalam memahami sebaran hewan liar, kondisi kesehatannya, serta kebutuhan penanganan di masing-masing wilayah. Data tersebut sangat penting terutama ketika berbicara mengenai kebijakan penanganan hingga kemungkinan pembangunan shelter,” ujarnya, kepada berita.depok.go.id
Materi teknis mengenai penggunaan Platform Satu Peta Anabul disampaikan oleh Rizka Zamzani Ibrahim dari komunitas NgePawRangers.
Rizka memaparkan bahwa platform tersebut dirancang untuk menjadi pusat informasi digital terkait hewan terlantar, mulai dari lokasi temuan, kondisi kesehatan, sterilisasi, hingga aktivitas penyelamatan yang dilakukan masyarakat maupun relawan.
“Selama ini data hewan jalanan terpecah-pecah di berbagai komunitas atau individu. Melalui Satu Peta Anabul, seluruh laporan dapat dihimpun secara terintegrasi sehingga pemangku kepentingan memiliki dasar yang sama dalam merencanakan intervensi,” jelas Rizka.
Ia juga menyebutkan bahwa hingga Juli 2025 tercatat 1.416 laporan hewan liar, terdiri dari 1.410 kucing dan enam anjing.
Sebanyak 21 persen di antaranya telah menjalani sterilisasi, sementara sisanya belum.
Mayoritas hewan dilaporkan dalam kondisi sehat, namun sebagian mengalami sakit atau luka.
Sementara itu, Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) DKP3 Depok, Dede Zuraida, menyampaikan bahwa keberadaan data pemetaan sangat membantu pemerintah dalam merespons potensi penyakit zoonosis dan kebutuhan penanganan hewan di wilayah tertentu.
“Platform ini memungkinkan kami melihat lokasi yang menjadi titik berkumpul koloni kucing atau anjing, termasuk wilayah dengan laporan kesehatan yang membutuhkan penanganan cepat. Data ini akan membantu dalam pengambilan keputusan terkait vaksinasi, sterilisasi, ataupun pelaporan kasus,” tutur Dede.
Ia menambahkan bahwa partisipasi masyarakat dan relawan sangat berperan dalam keberhasilan pendataan.
“Relawan dan komunitas adalah pihak yang paling dekat dengan hewan-hewan ini. Mereka memberikan laporan real-time yang nantinya memperkaya data untuk dianalisis,” kata Dede.
Melalui kegiatan ini, DKP3 Depok berharap pendataan hewan terlantar dapat tersusun lebih sistematis, sehingga kebutuhan penanganan, risiko zoonosis, serta perencanaan kebijakan terkait kesejahteraan hewan dapat diidentifikasi dengan lebih akurat. (JD 03/ED 01).
